Malaikat Yang Terluka
Author : Intan Indah W. N.
@int.06
Aku sadar bahwa aku memang bukan siapa siapa dihidupmu. Tapi aku tak akan tinggal diam ,jika seseorang memperlakukanmu seperti itu. Karena aku memperdulikanmu. Kau adalah bidadari yang tuhan titipkan untuku
Walau terkadang kau hanya diam dengan pembelaanku
Dear laura;
maafkan aku yang telah membuatmu kecewa
maafkan aku yang telah membuatmu terluka
maafkan aku yang telah melukai hatimu
aku sadar ketulusan hatimu bagai malaikat
tapi kesadaran yang terlambat.
kau sudah pergi ditelan cahaya yang bersinar di pelupuk mataku.
Kini aku tak dapat disisimu lagi
tak ada lagi malaikat dihidupku yang terangi hariku
#AKU TELAH MEMATAHKAN SAYAPNYA HINGGA DIA TAK DAPAT TERBANG DAN MERASA SEPARUH JIWANYA HILANG
Maafkan aku
maafkan aku
-----------------------------------------------------------------------------------------
Pertemuan Kita
Laura pelita sutomo seorang gadis cantik, menawan, dan tentunya memikat semua kaum adam. Harta yang melimpah, fasilitas yang mewah mengelilinginya. Semuanya ia punya. Namun satu yang sampai sekarang ia pertanyakan. Kasih sayang?. Sejak kecil laura diasuh oleh bi imah. Kedua orang tua laura sangat sibuk dengan urusannya masing - masing. Terkadang laura termenung dalam kesendirian. Kapan kedua orang tuanya mempunyai waktu lebih lama dari satu atau dua hari menetap bersamaku. Bukan untuk membahas soal masalah mereka, hanya saja sekedar untuk berbincang dan berlibur bersama mereka. Rasanya tak mungkin.
Laura adalah anak tunggal dari pasangan ardi sutomo dan riana sutomo. Ayah laura adalah seorang pengusaha sukses dijakarta, hingga bekerja sama dengan luar negeri. Pekerjaannya membuat ayah laura jarang pulang ke rumah. Sedangkan ibu laura bekerja sebagai konsultan kecantikan. Potensi dan keahliannya dalam menganalisa berbagai masalah kecantikan membuatnya terkenal, sampai menembus ke manca negara. Hingga meninggalkannya sendirian.
Laura Pelita Sutomo
Hari yang sangat membosankan membuatku ingin segera pergi dari tempat ini.
"Aww..." desahku kesakitan, sebab kakiku terkena ranjang tempat tidur.
"Sial." Teriak laura dengan kesal
Kubuka pintu kamarku perlahan. Ku perhatikan sekelilingku. Tak ada satu orangpun dirumah ini. Mana bi imah?. Ku turuni tangga demi tangga rumahku, mencari sosok paruh baya yang setia menemaniku. Namun sosoknya tak ku temukan. Mungkin tengah pergi ke pasar. Ku langkahkkan kakiku kedapur. Ku lihat secarik kertas tertengger disana. Perlahan ku buka. Deg.
"Bagaimana bisa ia meninggalkanku sendiri ditempat ini."
"Kejam sekali nenek tua itu"
"Menyebalkan"
Gumamku. Aku tak berniat menghardik. Sungguh. Aku hanya butuh teman saat aku berada dirumah. Bercerita dengan seseorang dengan kehangatannya. Dari kecil aku diasuh oleh bi imah. Ia sudah seperti ibuku sendiri. Namun seperti saat ini, aku membenci kepergiannya walau aku tahu ia tak pasti kembali. Aku kadang berfikir ingin memenjarakannya untukku saja. Biar ia tak pergi dariku. Tapi disisi lain, ia juga memiliki anak. Apakah anaknya merasakan hal yang sama sepertiku?. Kesepian tanpa ada kasih sayang seorang ibu dan ayah disepanjang waktu. bahkan mereka hanya pulang setelah itu pergi lagi dengan waktu yang entah kapan akan kembali. Aku sudah terbiasa dengan keadaan ini. Sejak kecil aku tak begitu mengenal mereka. Namun aku berharap mereka selalu ada disepanjang hariku, paling tidak mereka dapat meluangkan waktuya sehari penuh untukku. Tak mungkin. Bahkan aku sudah mulai memendam harapanku itu.
Aku tak ingin berlama - lama dirumah. Kulangkahkan kakiku menuju kamar. Bersih - bersih. Setelah itu keluar kamar, menuju pintu keluar. Ku lajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Ku nyalakan musik kumpulan lagu Noah.
"Aww..." desahku kesakitan, sebab kakiku terkena ranjang tempat tidur.
"Sial." Teriak laura dengan kesal
Kubuka pintu kamarku perlahan. Ku perhatikan sekelilingku. Tak ada satu orangpun dirumah ini. Mana bi imah?. Ku turuni tangga demi tangga rumahku, mencari sosok paruh baya yang setia menemaniku. Namun sosoknya tak ku temukan. Mungkin tengah pergi ke pasar. Ku langkahkkan kakiku kedapur. Ku lihat secarik kertas tertengger disana. Perlahan ku buka. Deg.
"Bagaimana bisa ia meninggalkanku sendiri ditempat ini."
"Kejam sekali nenek tua itu"
"Menyebalkan"
Gumamku. Aku tak berniat menghardik. Sungguh. Aku hanya butuh teman saat aku berada dirumah. Bercerita dengan seseorang dengan kehangatannya. Dari kecil aku diasuh oleh bi imah. Ia sudah seperti ibuku sendiri. Namun seperti saat ini, aku membenci kepergiannya walau aku tahu ia tak pasti kembali. Aku kadang berfikir ingin memenjarakannya untukku saja. Biar ia tak pergi dariku. Tapi disisi lain, ia juga memiliki anak. Apakah anaknya merasakan hal yang sama sepertiku?. Kesepian tanpa ada kasih sayang seorang ibu dan ayah disepanjang waktu. bahkan mereka hanya pulang setelah itu pergi lagi dengan waktu yang entah kapan akan kembali. Aku sudah terbiasa dengan keadaan ini. Sejak kecil aku tak begitu mengenal mereka. Namun aku berharap mereka selalu ada disepanjang hariku, paling tidak mereka dapat meluangkan waktuya sehari penuh untukku. Tak mungkin. Bahkan aku sudah mulai memendam harapanku itu.
Aku tak ingin berlama - lama dirumah. Kulangkahkan kakiku menuju kamar. Bersih - bersih. Setelah itu keluar kamar, menuju pintu keluar. Ku lajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Ku nyalakan musik kumpulan lagu Noah.
Bruk........
deg
Ku hentikan mobilku paksa.
deg
Ku hentikan mobilku paksa.
"Apa itu?" Ucapku tersentak.
Aku segera bergegas turun dan melihat apa yang terjadi sebenarnya.
"what......"jeritku sontak
"Mas kalo jalan pake mata dong. Udah tahu mobil saya mau lewat. Eh masnya malah nyelonong aja." Ucapku marah dan mengeraskan volume bicaraku.
"Aduh....... aduh..... aduh..." desis lelaki yang kutabrak tadi
"Eh lo. Aduh..h..h. lo tuh ya, bukannya minta maaf , ini malah marahin gue.lihat tuh apa tandanya."ucap lelaki itu dengan nada kasar sembari menunjukan jari manisnya kearah bawah yang bertanda zebracross.
"Harusnya lo tahu kalau ada tanda ini berarti...." ucap lelaki itu menjelaskan.
"penyebrangan. Gue juga tahu kali. Ok maaf. Jangan ngegas gitu dong" Ucapku.
Raut wajah lelaki itu merubah, tiba-tiba.... . Tangannya mengepal keras lalu mengangkatnya dan mengayunkanya kearahku seakan iya mau menghantamku dengan lenganya itu.
Aku segera bergegas turun dan melihat apa yang terjadi sebenarnya.
"what......"jeritku sontak
"Mas kalo jalan pake mata dong. Udah tahu mobil saya mau lewat. Eh masnya malah nyelonong aja." Ucapku marah dan mengeraskan volume bicaraku.
"Aduh....... aduh..... aduh..." desis lelaki yang kutabrak tadi
"Eh lo. Aduh..h..h. lo tuh ya, bukannya minta maaf , ini malah marahin gue.lihat tuh apa tandanya."ucap lelaki itu dengan nada kasar sembari menunjukan jari manisnya kearah bawah yang bertanda zebracross.
"Harusnya lo tahu kalau ada tanda ini berarti...." ucap lelaki itu menjelaskan.
"penyebrangan. Gue juga tahu kali. Ok maaf. Jangan ngegas gitu dong" Ucapku.
Raut wajah lelaki itu merubah, tiba-tiba.... . Tangannya mengepal keras lalu mengangkatnya dan mengayunkanya kearahku seakan iya mau menghantamku dengan lenganya itu.
dubrak...
Suara itu tepat disampingku. Perlahan kubuka mataku ini.
deg
mataku terperanjat, tak disangka lelaki itu tepat sudah dihadapanku.
"Kamu gila yah. Oh mobilku."sedetik kemudian "kamu harus tanggung jawab atas apa yang kamu perbuat."ucapku sembari menunjukan mobilku yang lecet oleh tangannya yang super duper kuat itu.
"Aduh....." ucap lelaki menahan rasa sakit. Aku menyadari bahwa memang wajah lelaki dihadapanku ini sangat tampan. Eh apa yang aku pikirkan. Tapi tetep dia itu cowok rese yang aku pernah temuin didunia ini.
"Kamu gila yah. Oh mobilku."sedetik kemudian "kamu harus tanggung jawab atas apa yang kamu perbuat."ucapku sembari menunjukan mobilku yang lecet oleh tangannya yang super duper kuat itu.
"Aduh....." ucap lelaki menahan rasa sakit. Aku menyadari bahwa memang wajah lelaki dihadapanku ini sangat tampan. Eh apa yang aku pikirkan. Tapi tetep dia itu cowok rese yang aku pernah temuin didunia ini.
Dubruk.....
Lamunanku terbuyar. Melihat lelaki itu tergeletak tepat didepanku. Mungkin dia pingsan karna kecantikan yang aku miliki. Hist. Apaan sih. Ku lihat kakinya berdarah, sangat banyak. Atau. Jangan - jangan dia. Tidak - tidak. Ya ampun dia benar - benar mengeluarkan banyak sekali darah dikakinya. Aku akan segera membawanya kerumah sakit.
"Tolong.....tolong orang pingsan, tergeletak. Emmm dan aku gak tahu dia kenapa." Ucapku berbohong.
Setelah itu orang - orang berkerumunan disini. Dengan segera ku minta mereka menaikan lelaki itu untuk masuk kedalam mobilku.
Hari ini sungguh hari yang menyebalkan aku pertemu dengan lelaki yang super duper rese abis dan orang rumah, sebenarnya mereka kemana?. Tanpa memberitahu aku mereka langsung pergi begitu saja. Huh. aku menghela nafas panjang.
_________
bersambung......
"Tolong.....tolong orang pingsan, tergeletak. Emmm dan aku gak tahu dia kenapa." Ucapku berbohong.
Setelah itu orang - orang berkerumunan disini. Dengan segera ku minta mereka menaikan lelaki itu untuk masuk kedalam mobilku.
Hari ini sungguh hari yang menyebalkan aku pertemu dengan lelaki yang super duper rese abis dan orang rumah, sebenarnya mereka kemana?. Tanpa memberitahu aku mereka langsung pergi begitu saja. Huh. aku menghela nafas panjang.
_________
bersambung......
Disini gelap tak ada satu orangpun. Sangat dingin. Dari kejauhan nampak sesosok wanita paruh baya berbusana serba putih menghampiriku. Ia tersenyum padaku. Ya. Yang kini sudah tepat dihadapanku.
"Ibu. Kau kah ini." ucapku sembari memeluk ibu.
ia hanya tersenyum manis.
"Aku sangat merindukan ibu, aku tak ingin jauh dari ibu, aku ingin bersama ibu, jangan tinggalkan aku ibu. Hiks." ucapku memohon.
Buliran - buliran bening ini seakan tak mampu ku tahan lagi, sekarang aku sudah membanjiri pipiku dengan buliran - buliran bening itu.
"Ini belum saatnya kau bersama ibu. Ayahmu sangat memerlukanmu. Jangan pernah tinggalkan dia." ucap ibu lirih.
Aku hanya mengnganggukan kepalaku pelan lalu memeluk ibu. Sedetik kemudian ibu beranjak pergi meninggalkanku secepat kilat.
"Ibu.....ibu...ibu....." teriakku sekencang mungkin. Berharap ibu mendengarnya dan tak meninggalkanku ditempat mengerikan ini.
Tiba - tiba
"Hai. Kau. Cepatlah bangun, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Cepatlah bangun. Ku mohon bangunlah."
" Bangunlah. Bodoh."
" Bangunlah."
" Hai. Woi. Bangunlah."
" Aku mohon cepatlah bangun."
Dimana gadis itu. Dari mana asal suara itu. Ku lihat cahaya bersinar sangat terang. Apakah asal suaranya dari sana. Kemudian perlahan tapi pasti kulangkahkan kakiku menuju cahaya tersebut. Cahaya itu seperti membawaku dengan mesin waktu doraemon.
Kini ku lihat sesosok wanita disampingku. Ia sangat manis. sepertinya ia tertidur sangat pulas. apa dia juga yang menemaniku disaat aku tertidur pulas dan gadis ini pula yang sudah memanggilku dari tempat mengerikan itu. takut dia bangun dari tidurnya. Tetapi wajar jika iya bersikap seperti ini padaku. ya. memang dia yang bersalah, gadis ini yang membuatku menderita seperti ini. bahkan entah aku harus membayarnya dengan apa biaya semua ini. aku terlalu boke untuk menanggung semuanya. tak lama setelah aku mengoceh didalam hati. ku lihat gadis ini terbangun dari tidurnya.
" Kau sudah bangun?." ucap gadis itu dengan nada khas bangun tidurnya.
"Iya aku sudah bangun dari tadi. sebenarnya tadi aku ingin membangunkanmu, tapi aku tak tega. kau sangat pulas sekali." ucapku.
dia hanya membalasnya dengan senyuman kecil. sedetik kemudian gadis itu beranjak meninggalkanku menuju pintu keluar.
"Hai. kau mau kemana. aku masih membutuhkanmu." ucapku sedikit berteriak. ya. memang dia sudah sedikit jauh dari tempatku.
" aku mau pulang. apa kau tahu. aku belum pulang selama dua hari. hp ku mati. pasti orang tua ku menghawatirkanku." ucap gadis itu menyentakku.
sedetik kemudian. "Dasar merepotkan." ucap gadis itu ketus. Lalu beranjak pergi meninggalkanku.
Apa dia sudah gila, meninggalkanku disini sendiri tanpa teman. Aku sendiri ditempat ini. Tak ada makanan, tak ada minuman.
" Bosan sekali disini. Waktu itu aku lupa bawa hp ku. Huh." grutuku.
" Ayah."
Aku tak tahu harus kemana mencarinya. Aku tak tahu harus bagaimana menemukannya. Aku sudah kehilangan akal untuk mencarinya. Poster. Majalah. Baliho. Sudah ku sebarkan. Tetapi tetap saja sampai saat ini ayahku belum ditemukan.
Sedetik kemudian
" Ibu, aku tak bisa menjaga ayah. Aku tak tahu ayah dimana sekarang?. Aku tak tahu apakah ayah sudah makan atau belum?. Aku tiidak tahu kondisi ayah saat ini?." Aku menghela nafas panjang. " Ibu maafkan aku." ucapku lirih. Seketika mataku buram, butiran bening menyelimuti mataku, mengingat semuanya. Dadaku sesak. Sedetik kemudian. Aku mengusap mataku perlahan. Aku tak ingin seseorang tahu bahwa diriku tengah menangis.
" Aku akan berusaha menemukanmu yah. Aku sudah berjanji pada ibu untuk menjagamu. Aku akan terus berusaha sekuat tenagaku." ucapku tegas dan optimis.
---------
Ceklek
Sontak mataku mengarah tajam kedepan pintu. Menerka - nerka, Siapa yang tengah ada dibalik pintu. Lama. Sepertinya penuh dengan keraguan. Langkahnya semakin dekat. Matakupun semakin tajam mengarah pada sasaran.
------------------------------------------------------------------------------------------
Bersambung.......
Ku langkahkan kakiku secepat mungkin. aku lelah selama dua hari aku menunggunya.
Aku tak menemukan apapun didalam dirinya, tanda pengenal, bahkan hp pun ku tak menemukannya. Menurutku cowok ini aneh. Ini zaman modern tetapi tak memiliki sebuah hp. Aku meninggalkan dia sendirian tanpa teman disisinya. Dia tak dapat melakukan apa - apa karena kakinya terbalut gips. Aku bahkan tak dapat menghubungi keluarganya. Entahlah. Sekarang yang ada difikiranku hanya ingin pulang menemui ranjangku dan merebahkan tubuhku diatasnya, melepas penat dan letih kemudian tidur nyenyak.
Ceklek
"Assalamualaikum."
" waalaikum salam." ucap seseorang dari arah dapur.
"Ibu dan ayah bi?.."
Bibi hanya mampu tertunduk tanpa mampu menjelaskan. hah. Aku begitu bodohnya menanyakan itu, Sudah jelas mereka tak ada.
"Yaudah bi. Aku mau kekamar dulu ya." ucapku dengan nada letih versiku. Kemudian aku beranjak pergi meninggalkan bibi, menuju tempat yang kuinginkan. Yap. Kamar ku. Kurebahkan tubuhku diatas ranjang. Menghela nafas panjang. Mengeluarkan penat dan letih yang menyelimutiku. Kemudian aku memejamkan mataku and terlelap tidur.
Aku melangkahkan kakiku perlahan, menikmati pemandangan disekelilingku, melihat detailnya taman ini. Ku hirup udara segar ditempatku perpijak. Nyaman. Ya. Nyaman yang ku rasakan. Tempat ini sangat indah, penuh dengan bunga - bunga, berwarna warni. Ku lihat pula kupu - kupu berterbangan, membuat indra penglihatanku terpesona, bentuk dan warnanya indah. Aku melangkahkan kaki ku untuk mengejar kupu - kupu cantik itu. Namun, kupu - kupu itu hinggap disalah satu kursi tepat di tengah taman ini. Ku lihat seorang lelaki berpakaian serba putih duduk di kursi tersebut, ia memegang dan mencium kupu - kupu cantik itu. Lalu dengan hati - hati kulangkahkan kakiku menuju kearah lelaki itu.
Deg
Dia menoleh kearahku, kemudian tersenyum manis padaku.
" kau." ucapku. Ia masih melihat dan tersenyum kearahku.
" Mengapa kau ada disini?" ucapku gugup, tidak yakin jika dia ada dihadapanku.
" Mengapa denganmu sayang?." ucap lelaki itu tenang.
" Sayang." ucapku lirih
" Iya kau istriku. Kau pujaan hatiku. Kau bidadariku dan kau pendamping hidupku untuk selamanya." ucap lelaki itu dengan tenang dan penuh kebahagiaan diwajahnya.
" istri. Kapan aku menikah dengan lelaki itu." fikirku dalam hati.
" Duduklah disini bersama ku sembari menikmati pemandangan." ucap lelaki itu sembari menyentuh kursi kosong disebelahnya. Aku hanya menganggukan kepalaku pelan. Dengan hati - hati kududukan diriku diatas kursi, tepat disebelah lelaki itu. Seketika. Ia mendekatkan wajahnya tepat didepanku. Ia mengusap kepalaku lembut. Kemudian ia mulai mendekatkan wajahnya lebih dekat kearahku. Lalu ia mencium dahiku.
Deg
" Jangan pernah tinggalkan aku bidadariku." ucap lelaki itu lirih. Tepat ditelingaku.
Entah mengapa?. Bibir ini bagai kelu. Jantungku tak beraturan, berdetak lebih cepat dari biasanya. Seakan mata ini tak dapat berkedip melihat perilaku yang ia perbuat. Aku masih tak percaya ini semua.
" Non."
" Non, laura."
" Bangun non."
" Non. Bangun. Bangun non. Ayo. Bangun non."
Suara itu. Suaranya sangat lembut. Aku tahu itu suara siapa.
Ku buka perlahan mataku yang masih berat. Melihat sesosok wanita paruh baya berbaju daster motif bunga - bunga.
" Iya ada apa bi." ucapku dengan nada khas bangun tidur.
" Ada temen non. Katanya ada urusan penting sama non. Jadi bibi bangunin non. Maaf non sebelumnya." ucap bibi lirih.
" is okay. Gapapa kok bi." ucapku sembari tersenyum kearah bi imah. Memang siapa dia?. Memang aku ada urusan sama seseorang?. Aku gak perna ada urusan apa - apa, kalau gak masalah kuliah.
" Non bibi kedapur dulu ya. Bibi mau ngelanjutin masak." ucap bibi. Seketika Membuyarkan lamunanku.
" Oh. Iya bi silahkan." ucapku sedikit tersentak.
siapa sih
siapa sih
------------------------------
Bersambung.......
Lanjutan =
Laura pelita sutomo
Perlahan kulangkahkan kaki ini menuju ruang tamu. Walau kantuk masih menyelimuti, tapi tetap saja ku paksakan.
Siapa sebenarnya seseorang itu. Grutuku dalam hati.
Deg
Dia. Ada urusan apa lelaki itu kemari. Apa lelaki itu tidak mempunyai harga diri. Gumamku dalam hati.
" Hai cantik." ucap lelaki itu. Seketika " Lama amat keluarnya. Tuan putri." ucapnya sembari tersenyum manis kearahku, sembari memamerkan giginya yang rapi dan bersih nampak gigi sehat terpampang.
Aku benar - benar sudah mengenalnya. Ya. Siapa lagi yang memanggilku tuan putri selain dia, adnan lelaki yang sudah menyakiti hatiku, sekaligus orang yang sudah aku permalukan didepan umum.
dia pernah menjadi seseorang yang berarti dalam hidupku. Dia juga pernah menjadi pangeran dalam hidupku. Tetapi setelah kejadian dua tahun yang lalu dia hanya menjadi seseorang yang sangat buruk dimataku. Bahkan aku tak pernah menganggapnya ada di dunia ini.
Dua tahun lalu
Ku dudukan tubuhku diatas kursi yang tidak terlalu besar. Sekiranya cukup untuk tubuhku yang tidak terlalu besar ini. Dihadapanku lelaki tampan mengembangkan senyum manisnya kearahku yang baru saja sampai ditempat yang sudah dia janjikan denganku. Ya. Cafe kesukaan kami berdua.
" Udah nunggu lama." ucapku memastikan.
" Enggak kok. Tuan putri." jawab lelaki itu sembari tersenyum manis kearahku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman manis yang ku punya.
" ra. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap lelaki itu lirih.
" soal." jawabku singkat.
" soal. Emmm....." sedetik kemudian. " kayanya hubungan kita harus berakhir sampai disini ra. Soalnya.....".
" maksud kamu. Mau mutusin aku. Iya. Gitu." ucapku sedikit menyentak.
" Sebenarnya aku udah dijodohin sama keluargaku. Dan..." dia menggantungkan kalimatnya lagi.
" Dan kamu gak bisa menolak perjodohan itu." ucapku sedikit memberat.
" Keadaannya rumit ra. Aku gak bisa nolak."
" Aku sayang sama kamu nan. Aku gak mau kamu tinggalin aku."
" Ra. Gue juga sayang banget sama lo."
" Batalin perjodohan itu."
" Aku gak bisa."
" Kenapa?."
"..........."
Mataku membulat sempurna. Aku tak menyangka ia berbuat seperti itu. Aku beranjak dari duduku.
" kamu tidak tahu diri. Aku selalu berikan semua yang kamu minta, yang kamu inginkan. Mana janji kamu selama ini." sedetik kemudian. " dasar bajingan, kamu memanfaatkan aku." ucapku sangat keras. Sehingga aku tidak menyadari jika aku dan adnan menjadi pusat perhatian dicafe ini. Masa bodo, aku tak memperdulikan mereka. Ku lihat sosok pria dihadapanku hanya diam dengan kepala tertunduk.
" Keadaannya rumit ra. Aku gak bisa nolak."
" Aku sayang sama kamu nan. Aku gak mau kamu tinggalin aku."
" Ra. Gue juga sayang banget sama lo."
" Batalin perjodohan itu."
" Aku gak bisa."
" Kenapa?."
"..........."
Mataku membulat sempurna. Aku tak menyangka ia berbuat seperti itu. Aku beranjak dari duduku.
" kamu tidak tahu diri. Aku selalu berikan semua yang kamu minta, yang kamu inginkan. Mana janji kamu selama ini." sedetik kemudian. " dasar bajingan, kamu memanfaatkan aku." ucapku sangat keras. Sehingga aku tidak menyadari jika aku dan adnan menjadi pusat perhatian dicafe ini. Masa bodo, aku tak memperdulikan mereka. Ku lihat sosok pria dihadapanku hanya diam dengan kepala tertunduk.
" maaf. Maafkan aku." ucapnya lirih.
Aku tak menghiraukannya. Segera ku langkahkan kakiku menuju pintu keluar cafe ini. Dadaku terasa sangat sesak. Mataku seakan tak mampu untuk melihat dunia ini. Sangat buram, tergenang butiran bening memenuhinya. Aku tak dapat menahan butiran - butiran bening ini. Tanpa ku komandokan. Butiran - butiran bening ini tumpah dengan sendirinya. Aku tak pernah menyangka dia tega memutuskanku demi perempuan perjodohan itu. Dan ia benar - benar melakukannya. Aku tidak percaya ini.
Setelah kejadian itu aku tak pernah bertemu dengan dia lagi. Bahkan aku tak memperduliaknnya lagi. Aku sangat membencinya. Namun cinta ini masih membekas dalam hatiku, tak bisa kupungkiri ia adalah cinta pertamaku.
" Kamu lagi ngelamunin aku ya." ucapan lelaki itu membuyarkan lamunanku.
" Sebenarnya kamu ngapain kesini?." ucapku ketus.
" kamu masih marah sama aku ya. Aku minta maaf. Aku terpaksa ngelakuin itu semua."
" terus kamu kesini mau apa?". Ucapku dengan wajah manyun versiku.
" Aku ingin....."
Dert dert dert
Suara hp ku berbunyi.
" tunggu." ucapku menghentikan bicaranya.
" tunggu." ucapku menghentikan bicaranya.
" Selamat siang mba. Saya dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan. Jika pasien dua hari lalu yang mba bawa kesini. Administrasinya belum di lunaskan." ucap seorang suster dengan nada lembutnya.
Oh iya. Aku sampai melupaknnya hanya karna penat terus menyelimutiku.
" mba."
" Iya sus. Saya akan membereskannya hari ini."
" Baik terima kasih mba."
Tut tut tut
Kuarahkan pandanganku kearah lelaki yang duduk disofa. Ia tertunduk.
" Aku akan pergi. Apakah kamu masih ingin tetap disini." ucapku.
Tanpa nengetahui responya aku beranjak menuju kamarku, untuk sekedar mengambil tas kecil dan kunci mobil. Kulangkahkan kakiku menuruni tangga demi tangga. Ku lihat sekilas lelaki itu masih duduk terpaku ditempatnya. Tak ku hiraukan ku palingkan pandanganku menuju mobil warna biru tua yang terparkir digarasi.
Aku tak pernah menduganya. Dia kembali dihadapanku. Dia adalah cinta pertamaku. Masih ada rasa untuknya walaupun sedikit. Ku lajuka mobilku sedang menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit aku segera membereskan administrasinya. Setelah itu ku langkahkan kakiku menuju ruangannya. Aku masih memikirkan tentang adnan. Untuk apa ia menemuiku?. Bukannya ia sudah bahagia dengan wanita perjodohan itu. Tiba - tiba dadaku sesak. Kenangan kelam bersamanya perlahan mulai timbul. Membuat kepalaku berputar. Tak kuasa. Kududukan tubuhku deretan kursi yang sudah tersedia, tepat didepan ruangan seseorang yang kutabrak kemarin.
Ku kuatkan jiwa ragaku ini. Ku rilekskan jiwaku ini. Perlahan ku buka pintu ruangannya. Sontak mataku membulat sempurna. Segera ku langkahkan kaki menuju kearahnya.
" Bodoh."
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung......
Lanjutan =
Johanes adipura
Dia kembali. Dia benar - benar kembali. Dia tak benar - benar meninggalkanku. Sesosok wanita menghampiriku. Siapa lagi kalau bukan. Ya. Gadis yang telah membuatku masuk ruangan ini.
"Bodoh" teriak perempuan itu dari dauun pintu.
Aku hanya menatapnya kosong. Setelah itu menundukan kepalaku, sedikit merasakan nyeri ditubuhku, sebab beberapa menit aku terjatuh. Kepalaku seakan berputar - putar dan tanpa aku sadari tubuhku sudah terjun kebawah. Perlahan batinku menyerobot ke alam bawah sadar.
" ayah. Kemana kau pergi. Kenapa kau tinggalkan aku." sentakku dalam hati.
"AYAH." ucapku tak sadar bahwa aku tidak sedang sendirian.
" Ayah. Ada apa dengan ayahmu?." ucap perempuan yang sudah berada disebelahku.
"ah..emm.. Oh.. Gak papa kok." jawabku gugup. Gadis itu hanya mengkerutkan dahinya.
Tanpa dikomandokan lagi, permpuan ini membantuku menaiki kembali ranjang bosan ini. Bagaiman tidak?. Tak ada yang bisa aku lakukan ditempat ini. Dengan luka yang ku derita saat ini.
"Makasih". Sedetik kemudian. " oh ya. Kita belum kenalan aku Johanes adipura. Kamu?."
" Saya Laura Pelita Sutomo."
" Nama yang indah."
" Aku tak kaget kau berbicara seperti itu. Karna memang banyak sekali orang yang mengatakan hal sepertimu."
Kalau diliat - liat nih perempuan cantik juga. Sedikit cuek dan di bumbui wajah yang manis, sikapnya tak mampu ku tebak dengan sekali pertemuan. eh, tidak. Aku sudah mempunyai wanita yang jauh lebih dari dia. Aku harus setia. Ini cobaan. Cobaan terindah yang tuhan berikan padaku. Namun tetap saja aku harus menolak fikiranku, jangan sampai ia masuk lebih jauh, apalagi sampai memenuhi hati dan otakku. TIDAK.
Authors
Laura masih menatap luka yang ia perbuat pada johan. Dan sekarang johan tengah tertidur pulas. Sedetik kemudian. Laura menemukan selembar kertas dengan bersenderkan pulpen diatasnya.
Ayah....
Ayah aku sangat merindukanmu. Kau kemana?. Kau dimana?. Kau sedang apa?. Ayah aku berjanji akan menemukanmu dan menjagamu.
Ibu aku akan berusaha untuk menemukan ayah. Ayah tunggu aku. Aku merindukanmu. Ayah aku kesepian. Aku sendirian. Aku tak punya siapa - siapa lagi didunia ini.
AKU SANGAT MERINDUKANMU AYAH.
Laura terus memikirkan tentang serangkai kata - kata yang johan buat untuk ayahnya.
Memangnya ada apa dengan ayahnya?. Apa yang terjadi dengan ayahnya?. Fikir laura dalam benaknya.
Seketika lamunan laura terbuyar.
" Uhuk..uhuk.." terdengar suara yang keluar dari bibir seorang lelaki yang tengah berbaring tak berdaya. Seketika selembar kertas itu segera ia taruh ditempatnya. Sedetik kemudian, laura mengulurkan air minum kearah johan. Johan membalasnya hanya dengan senyuman yang ia paksakan karna sakit yang menyelimutinya. Beberapa menit kemudian air mata johan menetes. Tetes demi tetes membasahi pipinya.
" Kau kenapa?." ucap laura lirih. Johan tak memperdulikannya air matanya makin deras.
Johanes adipura
Aku tak dapat menahan rasa kecewa ini. Sampai aku mengabaikan perempuan disamping ku yang mungkin tengah menghawatirkan sikapku.
Deg
Perempuan ini. Sontak mataku membulat sempurna. Ia mencium dahiku. Lalu mendekapku hangat.
" Aku tak akan meniggalkanmu sendirian. Aku akan tetap bersamamu." ucapnya lirih tepat di telingaku. Nafasnya sangat hangat. seketika." Bodoh."
Kukerjapkan mataku. Wanita ini. Dan ku pasang wajah kesal melongo versiku.
Kemudian gadis itu tertawa lepas dihadapanku. Mungkin ia sangat senang melihatku dengan wajah tak karuan versiku.
" Aku tahu semuanya. Aku akan membantumu menemukan ayahmu." ucap perempuan ini mengejutkanku.
Tahu dari mana dia. Seakan ia tau kebingungan yang aku alami. Matanya melirik tajam kearah kertas yang terlipat diatas loker, ku tulis sebelum aku tertidur pulas disampingnya.
Aku terdiam. Tanpa sepatah katapun. Suasana ruangan ini hening beberapa menit. Setelah itu aku membranikan diri untuk mengajaknya berkomunikasi.
" Apa alasanmu. Sampai kau ingin menemaniku dan tetap bersamaku disini."
" simple. Semuanya karena kamu......"
Deg
Perkataannya membuatku sesak. Jantung ini seakan berhenti berdetak. Bibir ini kelu.
" Karna aku kasihan padamu. Bodoh." ucap perempuan itu ketus.
Seakan remuk hatiku. Terlalu berharap pada perempuan menyebalkan ini. Dia membuatku melayang tinggi dengan kata - kata yang ia sampaikan beberapa menit tadi, lalu seketika ia menjatuhkanku didasar tanah, sedetik yang lalu.
Waktu seakan dipercepat oleh suasana. Sekarng tepat jam 20.23. perempuan disampingku belum pulang sampai detik ini juga. Dari tadi ia terus melihatku. Membuat perasaanku tak karuan.
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung..........
Lanjutan =
Laura membawa membawa johan kerumahnya. Dokter sudah memperbolehkan johan pulang. Laura hanya merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan. Ia hanya ingin merawat johan agar cepat pulih dan rasa bersalahnya hilang. Lagi pula laura sudah berjanji untuk membantu johan menemukan ayahnya. Johan tengah dilanda masalah yang berat. Entah mengapa batin laura tergerak untuk membantunya. Walau sesekali johan merengek ingin pulang, tetap saja laura membawa johan kerumah tanpa menggubris rengekannya.
""""""""
Sesampainya rumah laura. Johan terdiam, meneliti sekelilingnya yang sudah mulai berubah. Membuat laura kebingungan.Mengapa dengan dia. Mengapa dia menatap rumahku seperti itu. huh yasudahlah...." gumam laura dalam hatinya, tergantung.
" Duduklah disana. Aku akan mengambilkanmu minum." ucap laura tegas sembari menunjukan sofa yang berwarna coklat muda.
Nostalgia ;
Johanes adipura
Rumah ini. Rumah ini. Ayah. Ayah.
" Sayang."
" iya. Yah"
" ayah sangat menyayangimu." ucapnya lirih. Tak ada jawaban dariku. Aku segera mendekap ayah dengan sangat erat.
" Ayah janji akan membahagiakan kamu. Dan tak akan membuatmu sendiri. Ayah menyayangimu sayang."
" Ayah janji." ucapku tegas. Beliau hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya.
Akupun sangat menyayangi ayah. Karena dialah yang aku punya didunia ini. ibuku telah meninggal sejak umurku 3 Tahun. Setidaknya aku pernah mengenal sosok ibu dalam hidupku.
" iya. Yah"
" ayah sangat menyayangimu." ucapnya lirih. Tak ada jawaban dariku. Aku segera mendekap ayah dengan sangat erat.
" Ayah janji akan membahagiakan kamu. Dan tak akan membuatmu sendiri. Ayah menyayangimu sayang."
" Ayah janji." ucapku tegas. Beliau hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya.
Akupun sangat menyayangi ayah. Karena dialah yang aku punya didunia ini. ibuku telah meninggal sejak umurku 3 Tahun. Setidaknya aku pernah mengenal sosok ibu dalam hidupku.
3 Bulan kemudian
"Ayah....Ayah......AYAH....." teriakku histeris. Tak ada respon darinya. Ia hanya bisa mengeluarkan butiran - butiran bening dari pelupuk matanya. Ia melangkah menjauhiku. Disamping ayah terdapat dua orang yang sangat kekar. Mereka menyeret ayah dengan paksa. Tak ada yang bisa kulakukan, aku hanya bisa meneriakan namanya dan menahannya supaya ia tidak pergi meninggalkanku. Tetapi semua usahaku sia - sia aku tak dapat menahan ayahku untuk pergi.
Ia pergi. Ia pergi. Ia pergi membiarkanku sendiri. Ayah kau sudah berjanji padaku. Ayah.
Kejadian itu terus menghantuku. Seakan memori masa laluku kini muncul kembali dalam ingatanku. Melihat sepasang kursi dihadapan jendela besar. Kenangan dengan ayahku muncul ,10 tahun lalu. Tepat ayah mengatakan
" Ayah menyayangimu. Ayah tidak akan meninggalkanmu sendirian. Ayah janji."
" Ayah menyayangimu. Ayah tidak akan meninggalkanmu sendirian. Ayah janji."
" Sekarang mana janji ayah. Mana. Mana yah. Mana..." ucapku lirih.
Back
Laura pelita sutomo
Mengapa dengan lelaki itu. Dia terlihat sangat aneh. Ku langkahkan perlahan kearahnya sembari membawa secangkir jus mangga buatanku. Sekarang kulihat ia mengepal tangannya erat, menatap ketempat dimana tertengger dua kursi didepan jendela besar. Tatapannya sangat tajam.
" hai. Ada apa dengan tempat itu." ucapku nenyentak mengagetkan lelaki yang tengah vokus. Tak ada respon. Ia hanya menggelengkan kepalanya pelan, terlihat sekali ada yang disembunyikan dariku. Kemudian aku segera duduk disampingnya dan memberi minuman yang sudah ku buat tadi. Dia tertunduk.
" Ceritakanlah apa yang kau rasakan. Seengganya membuatmu merasa sedikit tenang". Ucapku lirih
" Aku tak apa - apa".
" Kau bohong. Terlihat sangat jelas diwajahmu."
" Kau bohong. Terlihat sangat jelas diwajahmu."
Lelaki itu menghela nafas panjang " Aku tak mempunyai siapa pun."
" Tidak." ucapku tegas. Dengan cepat wajah johan tervokus kearahku.
" Masih ada aku. Aku akan menemanimu. Tak akan membuatmu sendirian."
Dengan polosnya aku mengatakan itu. Ia adalah orang baru dihidupku, tapi kenapa aku berbicara seolah ia orang spesial dihidupku. Saat inipun hidupku tak karuan. Tanpa kasih sayang kedua orang tua, tumbuh dewasa didikan bi imah. Aku masih bersyukur memiliki bi imah yang jauh lebih perhatian dari kedua orang tuaku.
" Tidak." ucapku tegas. Dengan cepat wajah johan tervokus kearahku.
" Masih ada aku. Aku akan menemanimu. Tak akan membuatmu sendirian."
Dengan polosnya aku mengatakan itu. Ia adalah orang baru dihidupku, tapi kenapa aku berbicara seolah ia orang spesial dihidupku. Saat inipun hidupku tak karuan. Tanpa kasih sayang kedua orang tua, tumbuh dewasa didikan bi imah. Aku masih bersyukur memiliki bi imah yang jauh lebih perhatian dari kedua orang tuaku.
Johanes adipura
Kata - kata itu. Kau mengatakannya. Laura jangan tinggalkan aku. Aku tak ingin kau meninggalkanku seperti ayah. Aku ingin terus bersamamu. Kau.......
Lamunanku terbuyar
" kau jangan berfikiran yang tidak - tidak ya. Aku hanya ingin menebus kesalahanku saja."
Aku sengaja tak memberi respon padanya.
" Apakah kau tahu rumah ini. Aku membelinya 10 tahun lalu. Tapi aku tak tahu siapa pemiliknya." . Lagi- lagi tak kuberi respon.
Aku sengaja tak memberi respon padanya.
" Apakah kau tahu rumah ini. Aku membelinya 10 tahun lalu. Tapi aku tak tahu siapa pemiliknya." . Lagi- lagi tak kuberi respon.
Aku sangat tahu rumah ini. Rumah ini milikku dulu. Aku tak kuat dengan.....
" woi."
" KENANGAN INDAH BERSAMA AYAH DISINI." ucapku tersentak
" apa yang kau katakan"
" tidak"
" apakah kau yang mempunyai rumah ini?."
Aku menghela nafas " ya. Iya. Memang aku dulunya pemilik rumah ini. Tapi aku tidak kuat dengan semua kenangan yang ayah berikan padaku 10 tahun lalu. "
"memangnya ada apa dengan ayahmu?"
dengan berat hati kuceritakan kejadian itu. Kejadian yang tak akn aku lupakan sampai kapanpun.
" Aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku tak bermaksud."
Gadis ini memegang tanganku, terasa sangat hangat sentuhannya membuatku nyaman.
" KENANGAN INDAH BERSAMA AYAH DISINI." ucapku tersentak
" apa yang kau katakan"
" tidak"
" apakah kau yang mempunyai rumah ini?."
Aku menghela nafas " ya. Iya. Memang aku dulunya pemilik rumah ini. Tapi aku tidak kuat dengan semua kenangan yang ayah berikan padaku 10 tahun lalu. "
"memangnya ada apa dengan ayahmu?"
dengan berat hati kuceritakan kejadian itu. Kejadian yang tak akn aku lupakan sampai kapanpun.
" Aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku tak bermaksud."
Gadis ini memegang tanganku, terasa sangat hangat sentuhannya membuatku nyaman.
" Tidak apa - apa."
" Besok aku mau ajak kamu kesuatu tempat."
" kemana?."
"Ada deh. Kamar kamu disana. Aku mau mandi dulu." ucap laura sembari menunjukan kamarku. Kamar yang difungsikan sebagai kamar tamu. Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai respon.
Aku baru mengenalnya. Tapi sikapnya padaku dan sikapku padanya seperti dia sudah lama mengenalku. Aku merasa nyaman didekatnya. Berbeda ketika aku bersama pacarku. Rasa apa ini?.
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung..........
Lanjutan =
Bersambung........
Lanjutan =
Johanpun hanya menurut perintah laura. Mereka berduapun pergi meninggalkan adnan yang masih terpaku menampakkan wajah kesal pada mereka. Namun seketika johan menghentikan langkahnya. Sontak laura menoleh dan segera melepas genggaman tangannya. rona wajah laura nampak jelas menghiasi pipinya. Sedangkan johan hanya menatap kosong jalanan yang ramai oleh pengendara.
" Maaf."
" Soal"
" Tadi."
" Yang Mana?"
" Aku bilang kalau kamu pacar aku."
" Oh."
Nampak sekali wajah kecewa mengelilinginya. Tiga bulan sudah berlalu saat kejadian itu. Laura sudah mulai menanam benih rasa pada johan. Namun apakah johan sanggup untuk menyiramnya?. Apakah johan sanggup merawatnya jika tahu rasa itu laura yang tanam?. Apakah ia mampu membuang kenangan bersama sarah dan kembali membangun cerita bersama laura?.
Kecanggungan pun menyelimui laura. Ia tak mampu bersuara. Kata dalam fikirannya sirna. Matanya hanya mampu mencuri pandang pada johan yang masih menatap lurus jalanan. Tak ada percakapan apapun. Angin semilir menyibak rambut johan. Begitu tampan dimata laura. Namun hatinya ragu. Akan kah ini akan berakhir bahagia. Jika laura terus menyembunyikan perasaannya.
" Besok aku mau ajak kamu kesuatu tempat."
" kemana?."
"Ada deh. Kamar kamu disana. Aku mau mandi dulu." ucap laura sembari menunjukan kamarku. Kamar yang difungsikan sebagai kamar tamu. Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai respon.
Aku baru mengenalnya. Tapi sikapnya padaku dan sikapku padanya seperti dia sudah lama mengenalku. Aku merasa nyaman didekatnya. Berbeda ketika aku bersama pacarku. Rasa apa ini?.
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung..........
Lanjutan =
Johanes adipura
Suasana pagi ini sangat sejuk. Berjejer pepohonan ditepian jalan, awan berdesis perlahan. Aku menghela nafas panjang. Terlihat didepanku danau. Membawaku dalam kenyamanan dan menghilangkan semua penat dalam diriku.
" Apakah kau suka dengan tempat ini?." ucap seseorang gadis disebelah, membuyarkan lamunanku. Aku hanya menganggukan kepalaku sembari tersenyum kearahnya.
" Syukur lah. Karena tempat ini adalah tempat dimana aku merasa gelisah, galau, sedih." seketika" Eh aku malah curhat. Jadi emangnya kamu gak ada temen apa disini?."
" Gak ada" ucapku singkat. Beberapa detik kemudian. "Ada. Seseorang yang spesial dihiduku. Sangat."
" Aku boleh nanya sama kamu?."
" ya."
" Gak jadi."
Aku hanya mengerutkan alisku. Ada yang berbeda dengan diriku. duduk disampingnya membuatku nyaman. Seakan jantung ini ingin lepas dari sangkarnya. jantung ini berdetak lebih kencang dari biasanya. bibir ini tak dapat berkata banyak serasa kelu. mengapa dengan diriku. perasaan apa ini. apa aku mencintai perempuan ini. senyumnya melelehkanku.
Laura pelita sutomo
Astagfirullah mengapa dengan diriku ini. mengapa aku jadi GJ kaya gini sih didepan dia. ya Allah ada apa ini.
Lamunanku terbuyar
" Aku tak ingin kehilangan orang yang kusayang ra."
" Aku akan bantu kamu jo."
" makasih ra." ucapnya lirih.
" Aku akan bantu kamu jo."
" makasih ra." ucapnya lirih.
Aku tahu pasti dia sangat merindukan ayahnya. dengan sigap ku pegang tangannya erat lalu.
Authors
Mereka berdua kini sedang asik berbincang - bincang sembari tertawa geli berdua. Sepertinya kesedihan dan kegugupan diantara mereka hancur begitu saja.
" Jo kita kesana yuk" ucap laura sembari bangun. Tak ada jawaban yang keluar dari mulit lawan bicaranya. johan membangitkan badannya dan menggandengnya.
5 menit kemudian
" Hai jo. kamu apa kabar. sayang". ucap gadis didepan laura dan johan.
sayang. batin laura
" Aku merindukanmu." gadis itu memeluk johan dengan sangat erat. tak ada sanggahan dari johan. ia hanya terdiam dan tetap terdiam.
Siapa gadis ini?. mengapa johan tak melepas pelukannya?. ia tak melihat kalau disini ada aku. ya Allah mengapa ini?. perasaan apa ini. aku bukan siapa - siapa johan tapi mengapa aku cemburu akan sikap gadis ini pada johan beberapa detik yang lalu.
" kamu kemana aja?. aku kangen sama kamu. aku cari kekontrakan gak ada. aku cari di kampus gak ada. aku tanya temen - temen kamu, gak tahu." ucapnya panjang lebar.
" Aku...... aku..." ucap johan bingung bagaimana cara menjelaskannya.
" Kamu tak memberitahuku dulu. aku menghawatirkanmu sayang." sedetik kemudian matanya tertuju kearah laura. " Dia siapa jo?." ucap sarah ingin tahu.
" Kamu tak memberitahuku dulu. aku menghawatirkanmu sayang." sedetik kemudian matanya tertuju kearah laura. " Dia siapa jo?." ucap sarah ingin tahu.
" Dia temen aku. oh iya. ra kenalin ini sarah pacar saya" ucap johan semangat.
Laura hanya mengembangkan senyuman kecutnya. Hati dan fikirannya tengaj bertengkar sekarang.
"Sayang." ucap seseorang lelaki yang berhasil masuk diantara mereka sembari membawa 2 botol minuman ditangannya.
Sontak membuat laura dan johan membulatkan matanya. "SAYANG". Ada apa sebenarnya antara mereka?. Fikiran johanpun mulai beradu argumen hingga akhirnya meledak menjadi sebuah kata.
" Dia siapa rah?"
" Kenalin gue arga, pacarnya sarah."
" Aku bisa jelasin jo."
" Dia siapa sayang?" ucap lelaki itu.
" Saya johan. Saya hanya sebatas temannya, gak berarti kok."
" Makasih kamu telah hadir dalam hidupku selama ini." ucap johan lirih, tepat ditelinga sarah yang hanya diam membisu. setelah itu pergi meninggalkan mereka semua.
Mereka masih terdiam, kecuali laura yang kini sudah mengikuti johan. Tanpa kata. Tanpa suara. Membisu dan sunyi. Jalanan bisingpun redup ditelinga johan. Hanya ada hamparan lapang tandus difikirannya. Seseorang yang ia cintai kini telah menghianatinya.
" Mengapa harus kamu sarah. Orang spesial dihidupku perlahan mulai pergi. Mengapa harus kamu. Apakah kesetiaan dan perhatianku tak cukup untuk membuatmu menetap denganku. Menyakitkan. Caramu sungguh menyakitkan hatiku. Hatiku kini hancur tak berbentuk. Seseorang yang kuanggap akan selamanya bersamaku ternyata menorehkan luka yang begitu dalam" ucap batin johan.
Sedangkan dengan laura. Ia tengah bingung bagaimana caranya membuka percakapan tanpa menyinggung perasaannya. Berfikir bagaimana caranya ia dapat menghancurkan kesepian ini.
" Johan "
Tiba - tiba langkah johan berhenti. Berbalik memandang asal suara tadi. Sedangkan laura menatap mata coklat itu.
-------------------------------------------------------------------------------Laura hanya mengembangkan senyuman kecutnya. Hati dan fikirannya tengaj bertengkar sekarang.
"Sayang." ucap seseorang lelaki yang berhasil masuk diantara mereka sembari membawa 2 botol minuman ditangannya.
Sontak membuat laura dan johan membulatkan matanya. "SAYANG". Ada apa sebenarnya antara mereka?. Fikiran johanpun mulai beradu argumen hingga akhirnya meledak menjadi sebuah kata.
" Dia siapa rah?"
" Kenalin gue arga, pacarnya sarah."
" Aku bisa jelasin jo."
" Dia siapa sayang?" ucap lelaki itu.
" Saya johan. Saya hanya sebatas temannya, gak berarti kok."
" Makasih kamu telah hadir dalam hidupku selama ini." ucap johan lirih, tepat ditelinga sarah yang hanya diam membisu. setelah itu pergi meninggalkan mereka semua.
Mereka masih terdiam, kecuali laura yang kini sudah mengikuti johan. Tanpa kata. Tanpa suara. Membisu dan sunyi. Jalanan bisingpun redup ditelinga johan. Hanya ada hamparan lapang tandus difikirannya. Seseorang yang ia cintai kini telah menghianatinya.
" Mengapa harus kamu sarah. Orang spesial dihidupku perlahan mulai pergi. Mengapa harus kamu. Apakah kesetiaan dan perhatianku tak cukup untuk membuatmu menetap denganku. Menyakitkan. Caramu sungguh menyakitkan hatiku. Hatiku kini hancur tak berbentuk. Seseorang yang kuanggap akan selamanya bersamaku ternyata menorehkan luka yang begitu dalam" ucap batin johan.
Sedangkan dengan laura. Ia tengah bingung bagaimana caranya membuka percakapan tanpa menyinggung perasaannya. Berfikir bagaimana caranya ia dapat menghancurkan kesepian ini.
" Johan "
Tiba - tiba langkah johan berhenti. Berbalik memandang asal suara tadi. Sedangkan laura menatap mata coklat itu.
Bersambung........
Lanjutan =
Authors
Awan pergi meninggalkan langit perlahan - lahan. Matahari kini akan pergi beristirahat. sore ini angin begitu sejuk menghembus menyapu pikiran. kini laura dan johan tengah duduk didalam cafe kesukaan laura. Terlihat seperti sepasang kekasih. ia duduk berdua, tak ada obrolan dari mereka sedikitpun. Hanya sekedar saling pandang tak mampu ucap kata.
Tiba - tiba
" Ra dia siapa?." dengan nada kesal. lelaki yang bernama adnan.
Raut wajah laura seketika berubah menjadi gugup.
Mengapa aku harus bertemu dia lagi. batin laura.
Dengan tegas laura menjawab " Dia adalah PACARKU." sembari memegang tangan johan dan tersenyum sinis kearah adnan. Johan yang sedari tadi melihat tingkah laku laura. seketika ia menampakkan wajah tak mengerti.
" Laura aku masih sayang sama kamu."
" Suruh siapa kamu milih perempuan itu."" Aku terpaksa ra."" Takdir berkata tidak untuk kita berdua." sedetik kemudian "Sayang ayo kita pergi dari sini." ucap laura sembari menarik tangan johan.Johanpun hanya menurut perintah laura. Mereka berduapun pergi meninggalkan adnan yang masih terpaku menampakkan wajah kesal pada mereka. Namun seketika johan menghentikan langkahnya. Sontak laura menoleh dan segera melepas genggaman tangannya. rona wajah laura nampak jelas menghiasi pipinya. Sedangkan johan hanya menatap kosong jalanan yang ramai oleh pengendara.
" Maaf."
" Soal"
" Tadi."
" Yang Mana?"
" Aku bilang kalau kamu pacar aku."
" Oh."
Nampak sekali wajah kecewa mengelilinginya. Tiga bulan sudah berlalu saat kejadian itu. Laura sudah mulai menanam benih rasa pada johan. Namun apakah johan sanggup untuk menyiramnya?. Apakah johan sanggup merawatnya jika tahu rasa itu laura yang tanam?. Apakah ia mampu membuang kenangan bersama sarah dan kembali membangun cerita bersama laura?.
Kecanggungan pun menyelimui laura. Ia tak mampu bersuara. Kata dalam fikirannya sirna. Matanya hanya mampu mencuri pandang pada johan yang masih menatap lurus jalanan. Tak ada percakapan apapun. Angin semilir menyibak rambut johan. Begitu tampan dimata laura. Namun hatinya ragu. Akan kah ini akan berakhir bahagia. Jika laura terus menyembunyikan perasaannya.
Langkah kamipun melaju menuju pintu rumah laura. Namun johan menghentikan langkahnya, kepalanya tertuntuk, begitu berat masalah yang harus iya hadapi, belum lagi orang yang ia sayangi sudah pergi dengan penghianatan hati. Laura tak tega melihatnya. Dengan ragu tapi pasti ia menjulurkan tangannya melingkar diperut johan. Sontak membuat johan menoleh kearah laura.
" Aku akan membantumu. Jangan membiarkan fikiranmu menggerogoti hati, sebab hidup butuh luka sebagai bumbu."
Johan hanya tersenyum sembari melepas pelukan laura. Perlahan menggeser tubuh laura tepat berada di hadapannya. Mendesak tubuh laura menyentuh pintu. Matanya meneliti wajah laura, lalu menghentikannya tepat di mata laura. Sontak membuat laur menunduk. Tangan johan tak memperbolehkan wajah laura perpaling.
" Kenapa kamu mau terjun kepermasalahanku?"
" Alur hidupku itu rumit"
" Ibuku telah tiada. Ayahku entah dimana?. Aku hidup sebatang kara dengan asuhan yang membuatku enggan menetap disuatu tempat."
" Aku bukan orang baik"
Runtun. Ucapan johan ternyata tak berpengaruh apapun pada laura. Mata laura mulai berani menatp mata coklat johan. Beberapa detik meraka saling tatap. Setelah itu laura mulai membuka mulutnya.
" Aku tak memperdulikan siapa kamu dimasa lalu. Aku hanya ingin merasakan apa yang kamu rasakan."
" Dan kenapa aku ingin melakukannya. ya. Jawabanya karena KAMU"
Setelah mengatakan itu laura langsung meloloskan diri menuju kamarnya. Tak ada tindakan apapun dari johan. Ia hanya menatap laura dengan tatapan. Entahlah. Tubuhnya masih terpaku dihadapan pintu yang sudah terbuka oleh laura. Perlahan guratan bibirnya tersenyum. Lucu. Mungkin.
" Non laura gadis yang baik den. Bi imah hanya ingin non laura dicintai seseorang yang membuatnya selalu bahagia."
Sontak johan terkejut dengan argumen tiba - tiba bi imah. Tapi tak lama johan hanya tersenyum dan pamit pergi menuju kamarnya.
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung........
Lanjutan =
Authors
Pagi yang cerah, matahari tertarik untuk muncul dari peristirahatannya. awan bergerak perlahan mengikuti aliran. langit sedikit mendung merona. Mereka duduk diatas rerumputan hijau. memandang kedepan sungai yang tenang. Cuaca pagi ini sangat menawan dan penuh keasrian. segar. Mereka berdua saling tatap satu sama lain tak ada pembicaraan. Namun siapakah disamping johan?. tidak. itu bukan laura. melainkan itu adalah seseorang gadis pujaan johan, sejak duduk dibangku SMA. Namun perasaan itu tak pernah johan utarakan pada andis. Ia terus memendam perasaannya sendiri. Walau iya tahu apa yang ia lakukan itu adalah hal terbodoh. Memendam perasaan sejak sekian lama. Sakit hati, saat melihat andis dengan cowok lain. Kesal, ketika melihat andis sedih dan merasa kecewa. Senang , ketika andis sudah memutuskan untuk berstatus jomblo dan memutuskan pacarnya. Sebut saja johan begitu kejam pada kisah percintaan andis, sebab setiap malam ia selalu berdoa agar andia tak pernah mengenal lelaki lain selain dirinya. Dan berharap kelak ia yang akan menjadi imamnya.
" Jo selama 3 bulan yang lalu kamu tinggal dimana?. Aku nyariin kamu tahu. ditelpon gak diangkat, di sms, di WA, BBM, di inbox, semuannya gak dibales. Aku cemas jo mikirin kamu." ucap andis cemas.
" Aku gak papa kok. gak usah kawatir segitunya kali dis." sembari mengembangkan seyumnya johan terus melihat - lihat indahnya pelopak mata bagai cahya, bersinar terang, menerobos masuk dalam jiwa johan.
Sedetik kemudian " Loh aku baru inget. kamu pulang kapan?."
"3 bulan yang lalu jo. makanya aku nyari kamu."
"Maaf ya." andis hanya tersenyum manis pada johan.
Mereka berdua bersahabat sejak masuk SMA. Johan tak ingin mengutarakan perasaannya pada andis. Sebab johan tahu diri, bahwa andis tak pernah meliriknya sama sekali. seketika ia terngiang serangkai kalimat yang besumber dari mulut andis.
Flasback
" Kamu adalah sahabat terbaikku. jangan pernah tinggalkanku. dan jangan pernah mencintaiku lebih dari seorang sahabat. karena aku menyayangi dan mencintaimu hanya sebatas sahabat. johanes."
Deg
Jantung johan seakan berhenti berdetak. bumi seakan berhenti berputar. waktu seakan berhenti beraktivitas.
Apakah rasa ini salah?. Apakah aku salah jika aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat?. Apa aku salah menjadi seseorang yang akan selalu ada disampingmu, bukan menjadi sahabat, melainkan kekasihmu. apa itu salah?.
Batin johan menyeruak sebuah pertanyaan - pertanyaan yang ingin ia utarakan pada andis. tapi nihil. iya tak mempunyai keberanian untuk mengatakan itu semua.
" jo. kamu lagi mikirin apa sih?"
" enggak dis. aku ngak mikirin apa - apa kok. kantin yuk."
" yuk. aku juga laper nih."
Back
Setelah kejadian itu johan berusaha untuk menghapus perasaannya. namun semua usahanya sia - sia, ia tak bisa melupakan andis sedikitpun. Dan pada akhirnya takdir berkata ya untuk usahanya. Setelah lulus SMA andis melanjutkan studynya ke inggris. ia ikut dengan ayahnya. Setelah 2 bulan andis di inggris. Johan tak bisa jauh dari andis. Sampai pada waktunya, disaat johan beberapa kali menghubungi andis, namun tak ada jawaban darinya. johan cemas, ia terpuruk, ia terus memikirkan andis. Ia mencoba untuk dekat dengan beberapa perempuan. Namun fikirannya masih tertuju pada andis. Entah mengapa sulit sekali menghilangkannya. Tiba saatnya johan bertemu dengan sarah. Johan berharpa sarah lebih mampu melupakan rasanya pada andis. Namun akhirnya ia lebih kejam dari kebanyakan perempuan yang pernah singgah setelah andis pergi.
Johanes adipura
Namun sekarang takdir juga yang sudah mempertemukanku dengan seseorang yang aku cintai dulu. Jujur, aku masih memiliki rasa untuknya. Aku takut mengutarakannya. bukan karena takut ditolak. tapi aku takut jika dia menjauh dariku dan meninggalkanku untuk selamanya.Aku senang jika aku bertemu dengannya lagi. melihat wajahnya yang indah, melihat senyumnya yang manis bagai gula lilit, melihat matanya yang bercahaya, hidung mancung , kulit putih bersih. Ia tak pernah berubah. Sifatnya yang lembut dan tegas. membuat para pria meliriknya.Tuhan sudah mematahkan dinding yang ku buat untuk melupakan semua kenagan bersama andis dulu. kini aku merasakan sesak didadaku. mengenag semua kenangan bersama seorang gadis disampingku yang tak akan pernah menjadi milikku.
Aku tak mempertanyakan mengapa ia tak pernah menghubungiku selama ia disana. Mengapa?. Jujur aku juga ingin tahu alasannya, tapi untuk apa?. Waktu telah mempertemukan kita kembali setelah 3 tahun kita dipisahkan oleh jarak. Ku harap tak akan ada lagi perpisahan amtara kita. Rasanya hati ini mulai tumbuh lagi. Tamun masih sama. Tetap tertutup jeruji persahabatan.
" Aku merindukanmu jo. Maaf tak pernah menghubungimu. Aku tak diizinkan memainkan ponselku. Telpon pun harus lewat telpon umum. Menyebalkan. Aku harus tunggu 3 tahun untuk dapat melihat sahabat baikku ini."
" Aku terlalu cemas untuk bertanya padamu. Aku akan terus menunggu kedatanganmu dis."
" Kamu selalu sama jo"
Kini andis sudah bergelanyut dipundaku. Akku hanya tak ingin menyia - nyiakan waktu yang sudah diberikan alam padaku. Dengan sigap ku ulurkan tanganku tepat menyentih pundaknya. Ia mulai cerita kehidupannya di inggris. Gaya bahasa dan bicarnyapun kini sudah bercampur Inggris-Indonesia. Mataku tak mampu lepas menatapnya, jantung ini sudah lama bersebar, mulut hanya mampu tersenyum meresponnya. Angin begitu pas menambah kesan romantis, Rambutnya tergerai bergelombang terbawa angin mengelus tangankku. Aku mengharpkanmu dis. Entah kapan mulut ini mampu terucap. Entah kapan aku akan berani mengambil resiko.
Laura pelita sutomo
perasaan apa ini. Aku tak pernah merasakannya. Apa aku jatuh cinta padanya? Tidak, tidak mungkin" batinku
Langit sudah menampakkan kekalbuan, matahari sudah bergerak lelah meninggalkan langit yang kelabu.
kamu kemana sih?. batinku
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung........
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung........
Lanjutan =
"Kau hadir membawa luka"
Pagi yang cerah, matahari tertarik untuk muncul dari peristirahatannya. awan bergerak perlahan mengikuti aliran. langit sedikit mendung merona. Mereka duduk diatas rerumputan hijau. memandang kedepan sungai yang tenang. Cuaca pagi ini sangat menawan dan penuh keasrian. segar. Mereka berdua saling tatap satu sama lain tak ada pembicaraan. Namun siapakah disamping johan?. tidak. itu bukan laura. melainkan itu adalah seseorang gadis pujaan johan, sejak duduk dibangku SMA. Namun perasaan itu tak pernah johan utarakan pada andis. Ia terus memendam perasaannya sendiri. Walau iya tahu apa yang ia lakukan itu adalah hal terbodoh. Memendam perasaan sejak sekian lama. Sakit hati, saat melihat andis dengan cowok lain. Kesal, ketika melihat andis sedih dan merasa kecewa. Senang , ketika andis sudah memutuskan untuk berstatus jomblo dan memutuskan pacarnya. Sebut saja johan begitu kejam pada kisah percintaan andis, sebab setiap malam ia selalu berdoa agar andia tak pernah mengenal lelaki lain selain dirinya. Dan berharap kelak ia yang akan menjadi imamnya.
" Jo selama 3 bulan yang lalu kamu tinggal dimana?. Aku nyariin kamu tahu. ditelpon gak diangkat, di sms, di WA, BBM, di inbox, semuannya gak dibales. Aku cemas jo mikirin kamu." ucap andis cemas.
" Aku gak papa kok. gak usah kawatir segitunya kali dis." sembari mengembangkan seyumnya johan terus melihat - lihat indahnya pelopak mata bagai cahya, bersinar terang, menerobos masuk dalam jiwa johan.
Sedetik kemudian " Loh aku baru inget. kamu pulang kapan?."
"3 bulan yang lalu jo. makanya aku nyari kamu."
"Maaf ya." andis hanya tersenyum manis pada johan.
Mereka berdua bersahabat sejak masuk SMA. Johan tak ingin mengutarakan perasaannya pada andis. Sebab johan tahu diri, bahwa andis tak pernah meliriknya sama sekali. seketika ia terngiang serangkai kalimat yang besumber dari mulut andis.
Flasback
" Kamu adalah sahabat terbaikku. jangan pernah tinggalkanku. dan jangan pernah mencintaiku lebih dari seorang sahabat. karena aku menyayangi dan mencintaimu hanya sebatas sahabat. johanes."
Deg
Jantung johan seakan berhenti berdetak. bumi seakan berhenti berputar. waktu seakan berhenti beraktivitas.
Apakah rasa ini salah?. Apakah aku salah jika aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat?. Apa aku salah menjadi seseorang yang akan selalu ada disampingmu, bukan menjadi sahabat, melainkan kekasihmu. apa itu salah?.
Batin johan menyeruak sebuah pertanyaan - pertanyaan yang ingin ia utarakan pada andis. tapi nihil. iya tak mempunyai keberanian untuk mengatakan itu semua.
" jo. kamu lagi mikirin apa sih?"
" enggak dis. aku ngak mikirin apa - apa kok. kantin yuk."
" yuk. aku juga laper nih."
Back
Setelah kejadian itu johan berusaha untuk menghapus perasaannya. namun semua usahanya sia - sia, ia tak bisa melupakan andis sedikitpun. Dan pada akhirnya takdir berkata ya untuk usahanya. Setelah lulus SMA andis melanjutkan studynya ke inggris. ia ikut dengan ayahnya. Setelah 2 bulan andis di inggris. Johan tak bisa jauh dari andis. Sampai pada waktunya, disaat johan beberapa kali menghubungi andis, namun tak ada jawaban darinya. johan cemas, ia terpuruk, ia terus memikirkan andis. Ia mencoba untuk dekat dengan beberapa perempuan. Namun fikirannya masih tertuju pada andis. Entah mengapa sulit sekali menghilangkannya. Tiba saatnya johan bertemu dengan sarah. Johan berharpa sarah lebih mampu melupakan rasanya pada andis. Namun akhirnya ia lebih kejam dari kebanyakan perempuan yang pernah singgah setelah andis pergi.
Johanes adipura
Namun sekarang takdir juga yang sudah mempertemukanku dengan seseorang yang aku cintai dulu. Jujur, aku masih memiliki rasa untuknya. Aku takut mengutarakannya. bukan karena takut ditolak. tapi aku takut jika dia menjauh dariku dan meninggalkanku untuk selamanya.Aku senang jika aku bertemu dengannya lagi. melihat wajahnya yang indah, melihat senyumnya yang manis bagai gula lilit, melihat matanya yang bercahaya, hidung mancung , kulit putih bersih. Ia tak pernah berubah. Sifatnya yang lembut dan tegas. membuat para pria meliriknya.Tuhan sudah mematahkan dinding yang ku buat untuk melupakan semua kenagan bersama andis dulu. kini aku merasakan sesak didadaku. mengenag semua kenangan bersama seorang gadis disampingku yang tak akan pernah menjadi milikku.
Aku tak mempertanyakan mengapa ia tak pernah menghubungiku selama ia disana. Mengapa?. Jujur aku juga ingin tahu alasannya, tapi untuk apa?. Waktu telah mempertemukan kita kembali setelah 3 tahun kita dipisahkan oleh jarak. Ku harap tak akan ada lagi perpisahan amtara kita. Rasanya hati ini mulai tumbuh lagi. Tamun masih sama. Tetap tertutup jeruji persahabatan.
" Aku merindukanmu jo. Maaf tak pernah menghubungimu. Aku tak diizinkan memainkan ponselku. Telpon pun harus lewat telpon umum. Menyebalkan. Aku harus tunggu 3 tahun untuk dapat melihat sahabat baikku ini."
" Aku terlalu cemas untuk bertanya padamu. Aku akan terus menunggu kedatanganmu dis."
" Kamu selalu sama jo"
Kini andis sudah bergelanyut dipundaku. Akku hanya tak ingin menyia - nyiakan waktu yang sudah diberikan alam padaku. Dengan sigap ku ulurkan tanganku tepat menyentih pundaknya. Ia mulai cerita kehidupannya di inggris. Gaya bahasa dan bicarnyapun kini sudah bercampur Inggris-Indonesia. Mataku tak mampu lepas menatapnya, jantung ini sudah lama bersebar, mulut hanya mampu tersenyum meresponnya. Angin begitu pas menambah kesan romantis, Rambutnya tergerai bergelombang terbawa angin mengelus tangankku. Aku mengharpkanmu dis. Entah kapan mulut ini mampu terucap. Entah kapan aku akan berani mengambil resiko.
perasaan apa ini. Aku tak pernah merasakannya. Apa aku jatuh cinta padanya? Tidak, tidak mungkin" batinku
Langit sudah menampakkan kekalbuan, matahari sudah bergerak lelah meninggalkan langit yang kelabu.
kamu kemana sih?. batinku
-------------------------------------------------------------------------------
Bersambung........
Jangan lupa tinggalkan komen dan sarannya guys. Terimakasih atas waktunya.
Tunggu cerita selanjutnya ya
See you next time
Copyright © 2019 kokicantik Media Creative
tan Indah Wahyuningsih@int.06
Komentar
Posting Komentar